Press ESC to close

Mengatasi Hambatan dalam Riset: Peningkatan Kemampuan Bahasa dan Budaya Riset

Indonesia, sebuah negara yang kaya akan sumber daya alam, manusia dilengkapi dengan keanekaragaman budaya, memiliki potensi besar dalam dunia riset. Namun, dalam perjalanannya, para peneliti seringkali dihadapkan pada berbagai tantangan yang menghambat kemajuan riset mereka. Salah satu masalah utama yang dihadapi adalah hambatan bahasa, terutama dalam hal kemampuan menulis dalam bahasa Inggris, bahasa dominan dalam komunitas riset global.

Sebagaimana diketahui data Indeks Kemahiran Bahasa Inggris EF (EF EPI) 2023 menunjukkan kemampuan bahasa Inggris masyarakat Indonesia masih rendah yakni peringkat 79 dari 113 negara. EF EPI juga merilis bahwa, Indeks skor bahasa Inggris masyarakat Indonesia sebesar 469 dan masyarakat di Pulau Jawa menjadi wilayah dengan kecakapan tertinggi, sementara Papua menunjukkan kecakapan paling rendah. Kota Jakarta dan Surabaya muncul sebagai kota dengan kecakapan bahasa Inggris paling tinggi menurut data tersebut.

Wakil Rektor Riset & Alih Teknologi Binus University, Prof. Dr. Juneman Abraham, S. Psi., M. Si dalam Indonesia Research Summit yang diadakan oleh Editage pada 29 Februari 2024 di jakarta menyatakan bahwa untuk bersaing di ranah dunia penelitian internasional, penting bagi sumber daya manusia Indonesia untuk memiliki kemampuan bahasa yang memadai khususnya bagi para peneliti. โ€œDi sinilah budaya riset yang inklusif dan kemampuan bahasa yang kuat berperan pentingโ€ ujarnya. Nah, untuk meningkatkan kemampuan bahasa dalam budaya riset dan menjadi peneliti yang unggul dan bersaing di tingkat internasional kamu dapat mengikuti beberapa tips dan trik berikut.

1. Kursus Bahasa dan Pelatihan Menulis Akademis

Salah satu cara untuk meningkatkan kemampuan bahasa dalam budaya riset adalah dengan mengikuti kursus pelatihan menulis akademis dalam Bahasa Inggris. Universitas, Kementerian Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), dan lembaga riset biasanya menyediakan program semacam ini untuk dosen, peneliti, dan mahasiswa. Dalam kursus ini, kamu akan diajarkan tata bahasa, kosakata khusus dalam bidang ilmu tertentu, dan keterampilan menulis akademis yang diperlukan untuk publikasi di jurnal-jurnal internasional.

2. Kolaborasi dengan Editor Profesional

Kolaborasi dengan editor profesional seperti Editage dapat membantumu meningkatkan kualitas tulisan akademis dalam Bahasa Inggris. Editor profesional dapat membantu menyunting dan merapikan tulisan agar sesuai dengan standar internasional. Universitas dan lembaga riset juga dapat menjalin kerja sama dengan lembaga penyunting untuk menyediakan layanan penyuntingan yang berkualitas bagi dosen, peneliti, dan mahasiswa. Seperti yang dilakukan sejumlah universitas misalnya Universitas Sumatera Utara (USU). Rektor Universitas Sumatera Utara, Prof. Dr. Muryanto Amin, S.Sos.,M.Si. juga mengatakan bahwa banyak dosen tidak dapat menulis dengan lancar dalam bahasa Inggris akibatnya menghambat mereka untuk mempublikasikan risetnya pada jurnal luar negeri. Oleh karena itu, kolaborasi dengan Editage merupakan hal penting untuk institusi yang dipimpinnya.

Berkolaborasi dengan editor profesional dapat membantumu meningkatkan kualitas bahasa dalam publikasi riset. Dengan bantuan editor profesional, kamu dapat memperbaiki tata bahasa, struktur kalimat, dan kosakata dalam artikel riset, sehingga meningkatkan kualitas dan daya saing publikasimu di tingkat internasional. Selain itu, melibatkan diri dalam kelas-kelas yang memenuhi standar internasional juga menjadi langkah penting dalam meningkatkan kemampuan bahasa dan pemahaman akan standar penulisan akademik yang diakui secara global.

Prof. Agus Haryanto (BRIN), Prof. Muryanto Amin (USU), Prof. Juneman (BINUS) & Prof. Anuraga (IPB) on Indonesia Research Summit 2024 Event

3. Meningkatkan Akses ke Materi Bacaan dalam Bahasa Inggris

Cara efektif lainnya untuk meningkatkan kemampuan bahasa adalah dengan membiasakan diri membaca artikel ilmiah berbahasa Inggris. Perguruan tinggi dan lembaga riset dapat menyediakan akses bagi para peneliti untuk mengakses jurnal, buku, dan artikel ilimiah internasional. Budaya membaca buku dan publikasi internasional berbahasa Inggris ini akan membantumu untuk terlatih memaknai kaidah-kaidah akademik dalam bahasa Inggris.

4. Praktik Berbicara dan Presentasi dalam Bahasa Inggris

Selain kemampuan menulis, kemampuan berbicara dan mempresentasikan hasil penelitian dalam bahasa Inggris juga sangat penting. Kamu dapat mengikuti sejumlah seminar, workshop, konferensi, atau diskusi ilmiah internasional yang diadakan universitas dan lembaga riset. Ini akan memberikan kesempatan bagi dosen, peneliti, dan mahasiswa untuk berlatih berbicara dan menyampaikan ide-ide mereka dalam bahasa Inggris. Semakin sering mengikuti forum akademik internasional, kemampuanmu akan semakin terasah untuk menyampaikan ide, pemikiran, dan gagasan di kancah dunia.

5. Mendorong Penggunaan Bahasa Lokal dalam Riset.

Walaupun bahasa Inggris merupakan bahasa dominan dalam publikasi riset internasional, kamu perlu juga menghasilkan penelitian dalam bahasa lokal, Bahasa Indonesia. Prof Juneman menyatakan, universitas dan lembaga riset dapat memberikan dukungan dan insentif bagi peneliti untuk menerbitkan hasil riset mereka dalam Bahasa Indonesia, serta memfasilitasi penerjemahan hasil riset berbahasa Inggris penting ke dalam bahasa lokal. โ€œHal ini akan memastikan bahwa pengetahuan dan inovasi yang dihasilkan dapat dinikmati dan dimanfaatkan oleh masyarakat dalam negeri,โ€ ujarnya.

Namun, meningkatkan kemampuan bahasa Inggris saja tidaklah cukup untuk mengatasi hambatan dalam riset di Indonesia. Diperlukan juga dukungan finansial yang memadai untuk meningkatkan kualitas riset secara keseluruhan. Semakin besar anggaran yang dialokasikan untuk riset, semakin banyak yang dapat dilakukan untuk meningkatkan infrastruktur riset, memperluas akses ke sumber daya, dan mendukung pengembangan proyek riset yang inovatif. Dengan dukungan pendanaan yang cukup, para peneliti akan memiliki lebih banyak kesempatan untuk menjalankan riset mereka dengan lebih efektif dan menghasilkan kontribusi yang lebih berarti bagi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.

            Selain masalah bahasa, budaya riset yang sehat juga merupakan faktor kunci dalam meningkatkan kualitas riset di Indonesia. Terlalu sering peneliti hanya mengejar target jumlah penelitian tanpa memperhatikan kualitasnya. Hal ini menyebabkan riset yang dihasilkan cenderung kurang bermakna dan tidak memberikan kontribusi yang signifikan bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan masyarakat. Oleh karena itu, perlu dibangun sebuah ekosistem riset yang memadai, di mana peneliti dihargai atas kualitas riset mereka bukan hanya kuantitasnya.

Salah satu solusi yang diajukan adalah penggunaan indikator performa yang mencerminkan kompleksitas riset, bukan hanya berdasarkan jumlah. Indikator yang hanya memperhitungkan kuantitas riset tidak akan sejalan dengan kualitas penelitian. Dengan memperkuat budaya riset yang sehat dan inklusif, serta memperhatikan keberagaman bahasa dan budaya, kita dapat menciptakan lingkungan riset yang lebih dinamis, inovatif, dan berdampak bagi kemajuan bangsa dan masyarakat secara luas.

Kemampuan bahasa yang kuat dan tepat tentunya akan membuka pintu bagi kamu untuk terlibat secara aktif dalam komunitas riset internasional dan nasional, berkolaborasi dengan para peneliti dari berbagai negara, dan menyumbangkan kontribusi yang berarti bagi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di tingkat global. Budaya riset yang inklusif dan kemampuan bahasa yang unggul akan menjadi kunci keunggulan sumber daya manusia Indonesia di ranah penelitian internasional.