
Posisi pascadoktoral dimaksudkan sebagai masa magang atau pelatihan bagi mereka yang telah menyelesaikan program PhD dan ingin memulai karier akademik. Masa ini memberi Anda kesempatan untuk melakukan riset lanjutan dan memperdalam pengetahuan di bidang tertentu (serta menerima tunjangan atas pekerjaan tersebut). Selain itu, Anda juga mendapatkan pengalaman praktis tentang tanggung jawab sebagai dosen, seperti membimbing mahasiswa, mencari pendanaan, mengelola operasional laboratorium, menjalin jaringan dengan institusi lain, dan lain-lain. Tak heran jika posisi postdoc sering dianggap sebagai batu loncatan menuju posisi dosen tetap (tenure track).
Namun, masa postdoc juga memiliki tantangan tersendiri yang sering kali tidak disadari oleh lulusan PhD ketika melamar posisi ini. Dalam artikel ini, kita akan membahas beberapa tantangan yang dihadapi para postdoc serta tips untuk menghadapinya, terutama jika Anda sedang mempertimbangkan penelitian pascadoktoral setelah menyelesaikan PhD.
6 Tantangan yang Harus Diantisipasi oleh Setiap Postdoc
- Persaingan yang sangat ketat.
Dengan semakin berkurangnya pendanaan pemerintah di banyak negara, posisi dosen tetap semakin langka karena universitas lebih sering merekrut staf sementara. Akibatnya, banyak postdoc baru yang harus bersaing dalam kompetisi yang sangat ketat. Bahkan untuk mendapatkan posisi dosen sementara pun bisa sangat sulit, dan banyak orang harus berpindah dari satu posisi postdoc ke posisi lainnya sebelum akhirnya mendapat pekerjaan yang stabil. - Waktu yang terbatas.
Kontrak postdoc biasanya bersifat jangka pendek (hingga dua tahun). Enam bulan pertama biasanya dihabiskan untuk adaptasi. Akibatnya, Anda bisa saja sudah harus mencari posisi postdoc berikutnya sebelum penelitian Anda selesai. Hal ini dapat mengganggu produktivitas dan reputasi profesional Anda. Banyak peneliti akhirnya keluar dari dunia akademik karena alasan ini. - Kesulitan mengatur keuangan.
Tunjangan postdoc relatif kecil, dan sulit untuk bertahan hidup dengan pendapatan tersebut selama beberapa tahun. Jika Anda berencana untuk memulai keluarga, membeli rumah, merawat orang tua, menabung untuk pensiun, atau membayar utang pendidikan, masa ini bisa terasa sangat menantang. - Keseimbangan hidup dan kerja yang sulit dicapai.
Jam kerja yang panjang dan tidak menentu, serta jadwal perjalanan yang padat, membuat kehidupan para postdoc—terutama yang sudah berkeluarga—menjadi rumit. Menjaga keseimbangan hidup dan kerja bisa sangat sulit, terutama jika memiliki anak kecil atau pasangan dengan pekerjaan yang sama menuntutnya. - Harus siap berpindah lokasi.
Jika tidak mendapat posisi dosen tetap setelah postdoc pertama, Anda mungkin harus mempertimbangkan posisi di negara atau wilayah lain. Bagi yang sudah menikah, ini berarti harus mencarikan pekerjaan yang sesuai untuk pasangan di lokasi yang sama, atau menjalani hubungan jarak jauh. - Kurangnya sistem dukungan akademik.
Sangat sedikit institusi yang memiliki sistem dukungan atau jaringan khusus untuk postdoc. Meskipun banyak lembaga pendanaan menekankan program pengembangan untuk postdoc, pelaksanaannya tidak selalu optimal. Selain itu, postdoc sering kali tidak mendapatkan fasilitas yang sama seperti staf akademik lainnya.
10 Strategi Bertahan Hidup dalam Masa Postdoc
- Bersikap realistis dan praktis.
Pahami bahwa meskipun masa postdoc menawarkan pengalaman yang berharga, banyak tantangan yang menyertainya. Siapkan mental untuk mencari posisi postdoc lain jika tidak langsung mendapat posisi tetap. - Bekerja keras, tapi jangan sampai kelelahan.
Anda harus siap bekerja keras dan memberikan yang terbaik, tapi hindari kelelahan berlebihan. Jika terlalu memaksakan diri, Anda bisa merasa frustrasi. Buat aturan untuk tidak bekerja setiap akhir pekan. - Tetapkan tujuan jangka pendek.
Buat daftar tujuan jangka pendek, seperti menulis artikel sebagai penulis pertama di jurnal bereputasi atau presentasi di konferensi besar. Tinjau perkembangan Anda secara berkala. - Bangun jaringan dengan proaktif.
Setiap koneksi bisa berguna. Bangun jaringan yang solid dengan rekan sejawat dan senior yang bisa memberikan rekomendasi positif. Bantu orang lain juga; Anda bagian dari jaringan mereka. - Aktif di media sosial.
Sebagai ilmuwan modern, aktiflah dalam diskusi akademik di media sosial. Promosikan publikasi Anda dan temui koneksi media sosial Anda di konferensi untuk memperluas jaringan. - Lamar pekerjaan di waktu yang tepat.
Jika artikel Anda terbit di jurnal ternama atau menarik perhatian di media sosial, segera mulai melamar. Jika tidak, Anda bisa terlihat kurang ambisius. - Persiapkan lamaran dengan serius.
Kirim sebanyak mungkin lamaran untuk meningkatkan peluang dipanggil wawancara. Siapkan CV akademik yang kuat, dan sesuaikan CV dan surat lamaran Anda untuk setiap posisi. - Siapkan diri untuk wawancara.
Pelajari tahapan wawancara akademik dan persiapkan dengan matang. Latih presentasi riset Anda. Meski melelahkan, proses ini akan menjadi pengalaman yang sangat berharga. - Pertimbangkan semua pilihan dengan bijak.
Mungkin Anda tidak langsung mendapat posisi tetap. Posisi dosen sementara tidak menjamin keamanan kerja, tetapi memberi Anda kesempatan untuk tetap di dunia sains dan gaji yang layak tanpa harus mengelola laboratorium. Ini bisa cocok jika Anda memiliki tanggung jawab pribadi. - Buka pikiran terhadap pilihan lain.
Selain posisi dosen, masih banyak jalur karier lain di dalam dan luar akademik, seperti posisi riset di industri atau LSM. Infografis ini memuat 15 pilihan karier menarik bagi lulusan PhD dan postdoc.
Memang benar bahwa menjadi postdoc berarti harus menghadapi banyak tantangan pribadi dan profesional. Tapi perjuangan ini sepadan jika Anda mengikuti hasrat terhadap riset dengan sikap mental yang tepat. Jika Anda seorang PhD yang sedang mencari posisi postdoc, memiliki ekspektasi realistis dan persiapan yang matang akan sangat membantu dalam perjalanan Anda.